deviasi sosial dan pendidikan
TUGAS XI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Tentang
DEVIASI SOSIAL DAN PENDIDIKAN
RIZKE ADYAFNITA
14006035
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
DEVIASI
SOSIAL DAN PENDIDIKAN
A.
Pengertian Deviasi Sosial
Penyimpangan
(deviasi) adalah segala bentuk perilaku yang tidak menyesuaikan diri dengan
kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah tindakan atau
perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dainut dalam lingkungan
baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan terjadi apabila
seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat disebut
deviasi (deviatiaon), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut divian (deviant)
Pada
masyarakat tradisional penyimpangan jarang sekali terjadi dan dapat
dikendalikan. Sebaliknya, pada masyarakat modern penyimpangan dirasa semakin
banyak dan bahkan seringkali menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pihak
lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan adalah penyimpangan sosial. Seperti
halnya kebudayaan yang bersifat relatif maka penyimpangan sosial juga bersifat
relatif. Artinya, penyimpangan sosial sangat tergantung pada nilai dan norma
sosial yang berlaku. Suatu tingkah laku dapat dikatakan menyimpang oleh suatu
masyarakat, namun belum tentu dianggap menyimpang oleh masyarakat lain yang
memiliki norma dan nilai yang berbeda.
Pengertian
penyimpangan sosial sangat beragam. Berikut ini pengertian penyimpangan sosial
menurut para ahli:
·
James W van de Zanden, penyimpangan
sosial sebagai perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap tercela dan di
luar batasa toleransi.
·
Bruce J. Cohen, penyimpangan sosial
sebagai perbuatan yang mengabaikan norma dan terjadi jika seseorang atau
kelompok tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat.
·
Robert M.Z. Lawang, penyimpangan sosial
sebagai semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam
suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam
sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.
·
Paul B. Horton dan Chester. Hunt,
penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu
pelanggaran terhadap nilai dan norma kelompok dalam masyarakat.
Ada
beberapa hal yang mempengaruhi deviasi sosial
1. Tidak
mempunyai seseorang sebagai pasukan dalam memahami dan meresapi tata nilai atau
norma yang berlaku di masyarakat. Kondisi ini disebut sebagai proses
sosialisasi yang tidak sempurna.
2. Pengaruh
lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik.
3. Proses
bersosialisasi yang negatif karena bergaul dengan para perilaku penyimpangan.
4. Ketidak
adilan sehingga pihak yang dirugikan melakukan protes, unjuk rasa, bahkan
menuju tindak anarkis.
B.
Bentuk-Bentuk Deviasi Sosial
Deviasi sosial dilihat dari kadar
penyimpangan
·
Deviasi primer
Disebut dengan perilaku menyimpang
ringan. Pelaku penyimpangan ini umumnya tidak menyadari bahwa dirinya melakukan
penyimpangan. Penyimpangan primer dilakukan tidak secara terus menerus dan pada
umumnya tidak begitu merugikan orang lain. Misalnya mabuk saat pesta, mencoret
tembok tetanggan, dsb. Penyimpangan ini bersifat sementara maka orang yang
melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat.
·
Deviasi sekunder
Penyimpangan sekunder disebut
penyimpangan berat. Umumnya perilaku menyimpang dilakukan oleh seseorang
secara berulang-ulang atau terus-menerus
meskipun perilakunya sudah dikenai sanksi. Bentuk penyimpangan ini mengarah
pada tindak kriminal seperti pembunuhan, perampokan, dan pencurian.
Penyimpangan ini merugikan orang lain, sehingga perilakunya dapat dikenai
sanksi hukum/pidana.
Berdasarkan
pelaku penyimpangan
·
Penyimpangan individu
Penyimpangan
ini dilakukan oleh orang-perorangan tanpa campur tangan orang lain.
·
Penyimpangan kelompok
Penyimpangan
jenis ini dilakukan oleh beberapa orang secara bersama-sama melakukan tindakan
yang menyimpang
·
Penyimpangan campuran
Penyimpangan
campuran diawali oleh penyimpangan individu. Akan tetapi seiring berjalannya
waktu, pelaku penyimpangan dapat mempengaruhi orang lain sehingga ia ikut
melakukan tindakan yang menyimpang seperti hal dirinya.
C.
Penyimpangan
Menurut Wilness dalam bukunya
Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor
subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor
objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaam
rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk
lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan
seorang individu, yaitu:
·
Ketidaksanggupan menyerap norma-norma
kebudayaan
Seseorang
yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia
tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi
akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang
tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tua akan mengetahui
hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
·
Proses belajar yang menyimpang
Seseorang
yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat
tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku
menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Karier
penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus
meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
·
Ketegangan antara kebudayaan dan
struktur sosial
Terjadinya
keteganga antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku
yang menyimpang. Hal itu terjadi jika
dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga
ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
·
Ikatan sosial yang berlainan
Setiap
orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu
mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan
mencontoh pola-pola pikiran menyimpang.
·
Akibat proses sosialisasi nilai-nilai
sub-kebudayaan yang menyimpang
Sering
media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang). Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari
sub-kebudayaan yang menyimpang.
D.
Layanan Konseling dan Deviasi Sosial
Layanan informasi yang sering
diberikan oleh guru pembimbing di sekolah sangat bermanfaat bagi siswa dalam
menjalani kehidupannya, juga perkembangan dirinya dan bersikap. Individu
terutama para remaja memerlukan berbagai informasi, baik untuk keperluan
kehidupannya sehari-hari sekarang maupun untuk perencanaan kehidupannya
kedepan. Menurut Prayitno (2004:2) layanan informasi merupakan suatu layanan
yang berusaha untuk memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka
perlukan kemudian diolah dan digunakan oleh individu untuk kepentingan hidup
dan perkembangan sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh
dari berbagai sumber dari media lisan melalui perorangan, media tertulis dan
grafis, melalui sumber formal dan informal. Sampai dengan media elektronik
melalui sumber teknologi tinggi.
Layanan konseling perorangan,
memberikan konseling individu kepada klien yang melakuakan penyimpangan sosial
dengan mengajak dia untuk mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi sehingga
ia melakukan penyimpangan.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Ahmadi,
Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Soekanto,
Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
TUGAS XI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Tentang
DEVIASI SOSIAL DAN PENDIDIKAN
RIZKE ADYAFNITA
14006035
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
DEVIASI
SOSIAL DAN PENDIDIKAN
A.
Pengertian Deviasi Sosial
Penyimpangan
(deviasi) adalah segala bentuk perilaku yang tidak menyesuaikan diri dengan
kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah tindakan atau
perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dainut dalam lingkungan
baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan terjadi apabila
seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat disebut
deviasi (deviatiaon), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut divian (deviant)
Pada
masyarakat tradisional penyimpangan jarang sekali terjadi dan dapat
dikendalikan. Sebaliknya, pada masyarakat modern penyimpangan dirasa semakin
banyak dan bahkan seringkali menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pihak
lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan adalah penyimpangan sosial. Seperti
halnya kebudayaan yang bersifat relatif maka penyimpangan sosial juga bersifat
relatif. Artinya, penyimpangan sosial sangat tergantung pada nilai dan norma
sosial yang berlaku. Suatu tingkah laku dapat dikatakan menyimpang oleh suatu
masyarakat, namun belum tentu dianggap menyimpang oleh masyarakat lain yang
memiliki norma dan nilai yang berbeda.
Pengertian
penyimpangan sosial sangat beragam. Berikut ini pengertian penyimpangan sosial
menurut para ahli:
·
James W van de Zanden, penyimpangan
sosial sebagai perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap tercela dan di
luar batasa toleransi.
·
Bruce J. Cohen, penyimpangan sosial
sebagai perbuatan yang mengabaikan norma dan terjadi jika seseorang atau
kelompok tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat.
·
Robert M.Z. Lawang, penyimpangan sosial
sebagai semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam
suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam
sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.
·
Paul B. Horton dan Chester. Hunt,
penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu
pelanggaran terhadap nilai dan norma kelompok dalam masyarakat.
Ada
beberapa hal yang mempengaruhi deviasi sosial
1. Tidak
mempunyai seseorang sebagai pasukan dalam memahami dan meresapi tata nilai atau
norma yang berlaku di masyarakat. Kondisi ini disebut sebagai proses
sosialisasi yang tidak sempurna.
2. Pengaruh
lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik.
3. Proses
bersosialisasi yang negatif karena bergaul dengan para perilaku penyimpangan.
4. Ketidak
adilan sehingga pihak yang dirugikan melakukan protes, unjuk rasa, bahkan
menuju tindak anarkis.
B.
Bentuk-Bentuk Deviasi Sosial
Deviasi sosial dilihat dari kadar
penyimpangan
·
Deviasi primer
Disebut dengan perilaku menyimpang
ringan. Pelaku penyimpangan ini umumnya tidak menyadari bahwa dirinya melakukan
penyimpangan. Penyimpangan primer dilakukan tidak secara terus menerus dan pada
umumnya tidak begitu merugikan orang lain. Misalnya mabuk saat pesta, mencoret
tembok tetanggan, dsb. Penyimpangan ini bersifat sementara maka orang yang
melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat.
·
Deviasi sekunder
Penyimpangan sekunder disebut
penyimpangan berat. Umumnya perilaku menyimpang dilakukan oleh seseorang
secara berulang-ulang atau terus-menerus
meskipun perilakunya sudah dikenai sanksi. Bentuk penyimpangan ini mengarah
pada tindak kriminal seperti pembunuhan, perampokan, dan pencurian.
Penyimpangan ini merugikan orang lain, sehingga perilakunya dapat dikenai
sanksi hukum/pidana.
Berdasarkan
pelaku penyimpangan
·
Penyimpangan individu
Penyimpangan
ini dilakukan oleh orang-perorangan tanpa campur tangan orang lain.
·
Penyimpangan kelompok
Penyimpangan
jenis ini dilakukan oleh beberapa orang secara bersama-sama melakukan tindakan
yang menyimpang
·
Penyimpangan campuran
Penyimpangan
campuran diawali oleh penyimpangan individu. Akan tetapi seiring berjalannya
waktu, pelaku penyimpangan dapat mempengaruhi orang lain sehingga ia ikut
melakukan tindakan yang menyimpang seperti hal dirinya.
C.
Penyimpangan
Menurut Wilness dalam bukunya
Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor
subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor
objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaam
rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk
lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan
seorang individu, yaitu:
·
Ketidaksanggupan menyerap norma-norma
kebudayaan
Seseorang
yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia
tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi
akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang
tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tua akan mengetahui
hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
·
Proses belajar yang menyimpang
Seseorang
yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat
tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku
menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Karier
penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus
meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
·
Ketegangan antara kebudayaan dan
struktur sosial
Terjadinya
keteganga antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku
yang menyimpang. Hal itu terjadi jika
dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga
ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
·
Ikatan sosial yang berlainan
Setiap
orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu
mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan
mencontoh pola-pola pikiran menyimpang.
·
Akibat proses sosialisasi nilai-nilai
sub-kebudayaan yang menyimpang
Sering
media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang). Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari
sub-kebudayaan yang menyimpang.
D.
Layanan Konseling dan Deviasi Sosial
Layanan informasi yang sering
diberikan oleh guru pembimbing di sekolah sangat bermanfaat bagi siswa dalam
menjalani kehidupannya, juga perkembangan dirinya dan bersikap. Individu
terutama para remaja memerlukan berbagai informasi, baik untuk keperluan
kehidupannya sehari-hari sekarang maupun untuk perencanaan kehidupannya
kedepan. Menurut Prayitno (2004:2) layanan informasi merupakan suatu layanan
yang berusaha untuk memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka
perlukan kemudian diolah dan digunakan oleh individu untuk kepentingan hidup
dan perkembangan sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh
dari berbagai sumber dari media lisan melalui perorangan, media tertulis dan
grafis, melalui sumber formal dan informal. Sampai dengan media elektronik
melalui sumber teknologi tinggi.
Layanan konseling perorangan,
memberikan konseling individu kepada klien yang melakuakan penyimpangan sosial
dengan mengajak dia untuk mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi sehingga
ia melakukan penyimpangan.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Ahmadi,
Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Soekanto,
Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Komentar
Posting Komentar